Tuesday, January 15, 2013

Untuk Temanku

Sudah 3 tahun lamanya aku tidak menghubungi sahabatku. Bukannya loose contact, aku punya account fb mereka tetapi aku belum siap untuk menemui mereka, bahkan say hi saja aku malu. Aku sengaja menghindari mereka karena aku belum ready jika ditanya mengenai kehidupan pribadi aku. Maklumlah namanya teman pasti mereka akan ingin tahu keadaan kehidupan kita sekarang dengan menanyakan "masih kerja? kerja dimana sekarang?", "sudah punya pacar atau sudah menikah? anaknya berapa?". Hmm, semua itu terasa berat kujawab sekarang ini karena aku belum mendapatkan semua itu. Rasanya untuk bilang belum saja tenggorokan ini terasa seperti tersedak. Apalagi mereka tahu kalau aku ini seorang kakak yang dilangkah oleh adiknya untuk menikah duluan. Makanya aku memilih untuk menghindari mereka dan bahkan menghilang dari dunia fb sebagai zona aman ku. 

Ya memang seharusnya aku tidak bersikap seperti ini dan terus terang apa adanya. Tetapi aku bukan tipe orang yang suka untuk mengumbar masalah pribadi aku dan membeberkan segalanya. Bukannya aku tidak percaya dengan sahabat-sahabat untuk bercerita, tetapi aku terlalu takut kalau mereka khilaf dan mengatakannya kepada sahabat yang lain dan bila itu terjadi rasanya seperti menelanjangi diri aku sendiri walaupun masalah yang aku hadapi bagi sebagian orang adalah hal sepele.

Sampai sekarang, menjelang usiaku yang ke 29 tahun aku belum menemukan tambatan hatiku. Ini mungkin hukuman aku yang terlalu percaya diri disaat remaja dulu ketika melihat sepasang pengantin menikah, aku sering berpikir "ah menikah itu gampang, suka sama cowo terus pacaran terus menikah deh". Ternyata memilih pasangan hidup itu jauh lebih susah dibandingkan mencari pekerjaan. Kalau mencari pekerjaan, tinggal melamar kerja, kalau diterima dijalanin, terus kalau engga cocok berhenti saja dan cari lagi, beres. Tetapi dalam memilih pendamping hidup itu seperti kita memilih makanan yang terlihat lezat dan enak semua. Tetapi disamping itu harus dipikirkan makanan itu bagus tidaknya untuk kesehatan kita. Maksudnya, banyak yang mendekati dan mengajak serius tetapi apakah karakternya cocok dengan kita dan apakah akan merasa nyaman dengannya. Tak mudah untuk menentukan itu semua dan harus dipikirkan matang-matang karena menikah itu kalau bisa untuk seumur hidup sekali.

Tetapi kadang aku merasa heran banyak sekali dizaman sekarang setiap pasangan yang sudah menikah dan punya anak mereka akhirnya bercerai dengan mudahnya terus menikah lagi, cerai lagi, it seems like a game. Bukankah kehidupan mereka sudah perfect? Apalagi coba yang mau dicari dan didapatkan? Padahal aku yang single aja susah sekali mendapatkan pasangan hidup. 

Aku tidak mau mengeluh dan menyalahkan sang Maha Kuasa kenapa aku belum juga dipertemukan jodohku. Aku merenung kembali, mungkin Sang Maha Kuasa menakdirkan aku telat menikah tentunya ada tujuan yang hendak Dia sampaikan kepadaku, yaitu Pelajaran. Selama ini aku banyak sekali melihat didepan mata kepalaku sendiri mengenai rumah tangga orang dengan permasalahannya. Aku yakin Sang Maha Kuasa akan memberikan aku yang terbaik dengan bersabar dalam memilih dan tidak terlalu tergesa-gesa karena faktor umur. Toh banyak yang menikah di usia ideal bahkan lebih muda akhirnya mereka banyak yang masuk dalam jurang kegagalan, mungkin karena faktor kesiapan mental mereka selain permasalahan lain yang mereka hadapi dan akhirnya berdalih dengan gampangnya karena tidak ada kecocokan satu sama lain karena perbedaan prinsip dll-nya dihadapan hakim. Apakah mereka tidak pernah mengingat kembali atau mencoba membuka lembaran hidup dimasa-masa manis saat Sang Maha Kuasa mempertemukan dan menyatukan mereka. Well, i really don't understand kenapa mereka menyia-nyiakan itu semua dan tidak bersyukur. Seharusnya permasalahan dalam rumah tangga bukan menjadi penghancur melainkan untuk dihadapi bersama agar hubungan mereka semakin erat lagi, karena itulah seninya dalam kehidupan rumah tangga, susah senang hadapi bersama.


Aku mendapatkan message di fb dari beberapa temanku, tetapi belum dapat ku jawab. Sedih juga, tetapi aku hanya berdo'a untuk mereka, agar kehidupan mereka selalu dalam keadaan baik dalam hal apapun. "Teman, aku tahu kalian merindukan ku, menanyakan ku, ingin tahu bagaimana kabar aku sekarang, tetapi aku belum bisa menemui kalian dalam waktu ini. Tetapi suatu saat aku yang akan menemui kalian jika umurku panjang, insha Allah. Aku hanya berdo'a dan berharap agar kalian tidak menilai aku sombong karena aku bukanlah orang yang seperti itu. Aku hanya belum siap. Aku butuh sendiri saat ini. Aku selalu merindukan kalian saat-saat bersama dulu." 



Aku sengaja menulis blog ini, agar suatu saat temanku membacanya dan akhirnya mengerti kenapa aku menghindar dari mereka. 

*With Love*

Friday, January 11, 2013

2013 baru saja dimulai. Banyak kisah yang terjadi di 2012 lalu yang belum sempat aku tulis dalam blog. Aku mau menulisnya tetapi aku ragu karena terlalu sakit untuk diingat dan diceritakan.

Dulu aku pernah menyukai seseorang yang aku pikir akan menjadi pendamping hidup aku. Aku kenal dengan orang itu via sosial media. Aku hanya chating dengannya tanpa melihat sosoknya di webcam. Dia hanya mengupload fotonya di accountnya itu. Karena merasa dia adalah sosok yang sopan saat chatingan, aku jadi menyukainya dan mempercayainya bulat-bulat tanpa mengecek dia itu siapa.

Aku pikir seseorang memang akan gampang terkena serangan virus jatuh cinta secara mendadak via internet bagi yang masih single atau bahkan bagi mereka yang sudah berpasangan pacar atau bahkan yang sudah menikah sekalipun. Sosial media memang medan perang untuk hati karena banyak godaan disana.. Apalagi aku yang jelas-jelas masih single, yang sedang mencari pasangan hidup tentunya sosial media menjadi sasaran untuk mencari jodoh. Mungkin bukan hanya aku di dunia ini.

Tak tanggung-tanggung, aku menjalin cinta buta yang benar-benar buta via internet ini selama hampir 2 tahun sejak mengenalnya akhir 2010 lalu. Selama itu aku hanya memiliki 2 foto sosok dirinya. Salah aku memang karena tak memintanya untuk webcam, mungkin ini karena kami sering berkomunikasi via telepon dan sms setiap harinya, jadinya hal itu tak pernah aku pikirkan, mendengar suaranya dan mendapat sms atau message di sosial media saja aku sudah cukup senang. Aku memang naif dan sangat bodoh..

Yang aku sesalkan, selama ini berarti aku hanya wasted my precious time untuk mencari pasangan hidup. Maksud ku, walau aku tak pernah bertatap muka dengannya, aku tak pernah sama sekali pedekate dengan orang lain yang bisa kujadikan ban serep atau cadangan selama dia belum menampakkan dirinya di depan mata aku. Aku memang tipe orang yang setia dan mengutamakan kejujuran. Aku terlalu mempercayainya. Memang sih ada sedikit kejanggalan tetapi aku tak hiraukan hal itu.

Dia memang sopan dalam berbicara di telepon dan selalu mengirimi aku paket-paket mulai dari makanan, baju sampai aksesoris yang bagus-bagus. Padahal sumpah aku tak pernah memintanya duluan. Tentunya tak ada seorang pun yang tidak akan ragu dan pasti akan sangat-sangat percaya.

Setelah 2 kali gagal untuk datang ke rumah aku dengan berbagai alasan yang tak bisa aku beberkan di blog ini, akhirnya di salah satu bulan 2012 lalu dia memberanikan diri untuk datang menemuiku untuk pertama kalinya selama hampir 2 tahun menjalin hubungan via maya. Tetapi semua hal yang manis yang pernah dia lontarkan kepadaku di telepon berbeda 180 derajat dengan kenyataannya. Hal manis itu tak bisa aku beberkan di blog ini, biarlah hanya Allah, aku, dia dan keluargaku yang tahu. Kecewa dan akhirnya aku menolak untuk menjadi pasangan hidupnya.

Sebenarnya bukan karena hal manis itu yang membuat aku jadi kecewa dengannya dan memutuskan untuk tidak menerimanya menjadi pendamping hidup aku. Tetapi karena ketidakjujurannya selama ini yang menyatakan dia masih pure single, belum beristeri. Ternyata dia baru saja menceraikan pasangannya beberapa bulan sebelum datang kerumah aku di tahun 2012 lalu. Aku tidak bisa berkompromi dengan orang yang suka berbohong, apalagi tega-teganya dia telah mendustaiku selama hampir 2 tahun ini. Sebelum melangkah ke jenjang serius saja dia sudah berani berdusta seperti itu, dan itu petanda dia bukanlah sosok yang tepat untuk menjadi pasanganku karena bagiku pernikahan membutuhkan kejujuran. Alhamdulillah Allah telah memberi aku petunjuk untuk menyelidiki siapa dia sebenarnya. Aku sangat berterima kasih kepada Allah karena telah menyelamatkan aku dari orang yang pandai berdusta. 

Kalau saja aku tahu dari awal, aku tak akan pernah mau mengenalnya. Tetapi ini semua sudah menjadi suratan hidup agar aku memetik hikmahnya untuk lebih berhati-hati. Terima kasih ya Allah atas segala petunjuk yang Engkau berikan dan selalu menjaga aku.. 

Welcome me to blog worlds (again)

Yippie..!!! Finally i have created my new blog. To be honest this blog is not my first i ever made. This is my third blog account. I deleted my old blog already because i rare update it. Well hopefully this blog will be my last blog to share everything.